Bangkit dari Learning loss

Akhir tahun 2021, pandemi covid19 di Indonesia sudah mulai menurun selaras dengan menurunnya kasus covid19. Sebagaimana dirilis dalam siaran pers Kemenko Perekonomian tanggal 6 Desember 2021, kasus aktif covid19 menurun hingga -98,69% jika dibandingkan kondisi puncak pada bulan Juli lalu. Meski belum seratus persen terbebas dari bahayanya, menurunnya hingar-bingar covid19 memberikan sinyal positif bagi bangkitnya berbagai aspek kehidupan. Mobilitas masyarakat yang mulai mendekati normal seperti sebelum adanya covid19 menandakan adanya pemulihan yang baik pada seluruh bidang, termasuk bidang pendidikan. Peserta didik yang sebelumnya hanya dapat melakukan pembelajaran jarak jauh, baik secara daring maupun luring, kini sudah bisa menikmati kembali belajar secara tatap muka di sekolah meskipun masih terbatas.

Banyak kebiasaan positif yang seharusnya dapat diadaptasi dari pengalaman belajar jarak jauh. Intensitas penjelasan materi dari guru yang sangat terbatas membuat peserta didik terpacu untuk mempelajari sendiri materi tersebut dari berbagai sumber. Hal itu tentu mendukung peningkatan kemandirian dan berpikir kritis peserta didik. Selain itu, penggunaan sumber belajar yang bervariasi akan berdampak baik dalam peningkatan penguasaan teknologi. Kebiasaan-kebiasaan positif yang berkembang selama masa pembelajaran jarak jauh tersebut akan sangat menyenangkan saat diterapkan juga dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Pertemuan-pertemuan di kelas akan menjadi lebih bermakna dan berdampak bagi peserta didik.

Sayangnya tidak semua peserta didik dapat menyikapi pembelajaran jarak jauh dengan baik. Tidak sedikit dari mereka yang justru tenggelam dalam kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran jarak jauh. Antara lain kesulitan memanajemen waktu, kesulitan menyerap materi, hingga kesulitan dalam pengadaan sarana pembelajaran. Hal itu menimbulkan dampak yang bervariasi pada peserta didik, mulai dari menurunnya tingkat kedisiplinan hingga menurunnya kompetensi dan keterampilan peserta didik yang dikenal dengan istilah learning loss. Bahkan dalam laporan yang dibuat oleh World Bank, dengan indikator nilai PISA (Programme for International Student Assessment) pada empat bulan pertama penutupan sekolah di Indonesia akibat pandemi covid19, siswa diperkirakan mengalami penurunan sebesar 11 poin pada kemampuan membaca.

Kesenjangan kemampuan yang dialami oleh peserta didik tersebut umumnya tidak mendapatkan perhatian yang serius dari para guru saat pembelajaran tatap muka terbatas digelar. Akibatnya, masalah learning loss pada sebagian peserta didik tidak serta-merta terselesaikan dengan pembelajaran tatap muka. Masih banyak peserta didik yang belum dapat keluar dari lingkaran masalah yang ia hadapi saat pembelajaran jarak jauh, bahkan kesulitan mengembalikan motivasi belajarnya.

Menurunnya kualitas peserta didik akan berimbas pada pembangunan pendidikan secara keseluruhan dan tentunya juga berimbas pada dunia kerja. Beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan kemampuan belajar seorang murid saat ini akan memengaruhi perkembangan pengetahuannya kelak yang berpotensi menciptakan ketimpangan pendapatan ketika mereka sudah bekerja (Andrabi dkk., 2020; Kaffenberger, 2020; Azevedo dkk., 2020)

Kembali pada permasalahan learning loss yang terjadi pada sebagian pelajar, kita tentu tidak dapat berpangku tangan. Faktanya masih banyak pula pelajar yang mampu mengukir prestasi meski dalam keterbatasan pandemi. Di sinilah kepedulian kita diuji. tidak perlu saling menyalahkan atau mengeluhkan keadaan. Saatnya menggenggam erat tangan sahabat yang membutuhkan bantuan.

 Ada beberapa langkah praktis yang dapat kita lakukan untuk menghentikan learning loss sebagai sesama pelajar. Pertama, tingkatkan kesadaran terhadap kondisi teman yang kesulitan. Tanpa kesadaran dari diri sendiri, mustahil akan melahirkan perubahan. Kepekaan terhadap sesama menjadi kunci dalam misi tersebut. Jika sebelumnya kita masih abai terhadap kondisi sekitar, sudah saatnya kita buka mata dan hati untuk saling peduli.

Kedua, tanggap memberikan solusi. Kondisi learning loss biasanya diperparah dengan ketidakmampuan peserta didik dalam berkomunikasi. Sebagian peserta didik yang mengalami ketertinggalan justru malu bertanya kepada guru atas apa yang belum ia pahami. Di sinilah peran kita sebagai rekan sesama pelajar untuk membantunya keluar dari masalah. Kita bisa membentuk komunitas belajar tutor sebaya untuk berdiskusi dan membimbing peserta didik yang memiliki kemampuan kurang. Dalam komunitas belajar, peserta didik tidak hanya akan belajar untuk berbagi pengetahuan, namun juga belajar saling menerima dan menghargai, juga belajar berkomunikasi efektif dengan sesama.            

Ketiga, lakukan pendampingan berkelanjutan. Pendampingan berkelanjutan dapat dilakukan dengan cara terus saling memberi semangat dan motivasi. Kita dapat mengajak mereka mengikuti pendalaman materi baik secara mandiri  maupun bersama guru melalui kegiatan ekstra kurikuler. Tindak lanjut juga dapat dilakukan dengan mencari tantangan-tantangan baru untuk dipecahkan bersama.

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *